Malam itu sekitar jam 11 lebih, cuaca sangat tidak bersahabat, Sejak jam sebelasan tadi hujan udah turun dengan derasnya disertai angin kencang dan petir.
Di depan pintu kamar , aku menghabiskan waktu dengan membaca buku. aku bernama Dokter JEFRI berusia 37 tahun, dalam usia segitu masih tampak ganteng dan gagah. Sudah hampir sepuluh tahun aku bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini, kalau istriku masih muda sekitar berumur 30 tahun dengan 2 anak.
Hari - hari kesepian udah menjadi temanku sehari-hari apabila aku dapat tugas jadi dokter malam, maka mendengar suara-suara aneh dan cerita-cerita seram lainnya udah ngak membuatku merinding lagi. Istilahnya sudah kebal dengan hal-hal seperti itu.
Sungguh, malam itu menjadi malam panjang bagiku, suasana hujan yg dingin mudah membuai orang menjadi ngantuk. Tetapi aku masih terus membaca buku yg sengaja aku bawa dari rumah.
Tak lama datanglah seorang gadis cantik menghampiriku.
“Permisi, Pak” sapa suster padaku dengan tersenyum manis.
“Ouuhh.. Suster…! ya ada apa sus malem-malem ke sini” balasku.
“Anu Pak abis jaga malam sih, tapi belum bisa tidur, makannya sekalian mau keliling-keliling dulu” ucap suster tersebut
Aku menjadi bingung sebab ngak tau kalau suster ini kebagian jaga malam juga. Maka aku bertanya,
“Tapi aku kok rasanya baru pernah liat Suster disini ya…?” tanyaku heran
“Iya Pak, saya baru pagi tadi sampai disini, pindahan dari rumah sakit sebelah jawabnya, “jadi sekalian mau kenal sama keadaan disini juga” ucap Suster cantik
“Ooohh… pantesa aja aku baru liat” kataku memecahkan suasana hening
“Emang bapak kira aku siapa ?” tanyanya lagi sambil menjatuhkan pantatnya pada bangku dan duduk di sebelahku.
“Wow, oke juga nih” kata hatiku kegirangan.
“Aku malah kira kamu suster ngesot loh, hahaha” timpalku mencairkan suasana lagi
“Ya ngak lah pak, aku kan suster cantik Hahahaha…” sambung Suster tersebut untuk menghangatkan suasana.
Malam itu dokter aku merasa beruntung sekali mendapat teman ngobrol seperti suster Intan , biasanya suster-suster lain paling hanya tersenyum padaku atau sekedar memberi salam basa-basi saja. Maklumlah mereka semua tau kalau aku udah beristri dan punya dua anak.
Di malam itu kami berdua terlibat obrolan ringan, sehingga aku itu tidak lagi mempedulikan buku bacaan dan mengalihkan perhatian kepada suster Hena yang cantik itu.
Sejak awal pula aku udah terpesona dengan gadis ini. Pria normal mana yg tidak tertarik dengan gadis berkulit putih mulus berwajah kalem seperti itu, di tambah rambut hitamnya dan body nya yang seksi.
Kalau Suster Intan berusia 27 tahun dan belum menikah. Untuk gadis secantik Intan sebenarnya ngak begitu susah mendapat pasangan ditambah lagi dengan body nya yg montok dan padat, tentu pasti banyak lelaki yang mau dengannya.
Tapi sejauh ini belum ada pria yg cocok di hati Suster Intan. Sebagai wanita alim berjilbab dia sangat menjaga pergaulannya dengan lawan jenis. Namun malam ini dia gelisah juga melihat ke tampananku.
Seolah-olah aku bisa membaca hati kecilnya, menerawang dari tingkah lakunya yang rilex ketika kami ngobrol dan canda tawa. Tetapi Aku sengaja mendekatkan duduknya ke gadis itu sambil sesekali mencuri pandang ke arah belahan dadanya.
Suasana malam yang dingin membuat nafsuku pun mulai bangkit, apalagi aku udah seminggu ngak NGENTOT dengan istriku karena dia lagi datang bulan. Semakin lama maka semakin berani aku menggoda suster muda yang alim itu dengan guyonan-guyonan nakal dan obrolan yg menjurus ke porno.
Suster cantik itu sepertinya hanya tersipu-sipu dengan obrolanku yg lumayan jorok itu.
“Terus terang deh Sus, sejak Suster datang kok disini jadinya lebih hanget ya” kataku sambil meletakkan tangan di lutut Intan dan mengelusnya ke atas sambil menarik rok sedikit demi sedikit.
“Ehh… jangan gitu dong Pak…?!” Intan protes, tapi kedua tangannya tetap di meja tanpa berusaha menepis tanganku yang mulai kurang ajar.
“Ahh Suster galak deh, masa pegang gini aja ngak boleh, lagian disini kan masih sepi, dingin lagi” kataku makin berani, tapi tanganku makin naik ke atas paha yang mulus itu.
“Pak, nanti aku bisa marah nih, lepasin gak, bapak kan udah punya istri, aku itung sampai tiga” wajah Intan kelihatannya memerah, matanya menatap tajam ke wajahku.
“Jangan marah dong Suster cantik, mendingan kita seneng-seneng aja yuk?” sahutku mencoba mengajaknya damai
Sejenak Intan diam dan tidak berkata apa-apa ketika aku ucapkan itu, Expresinya pun santai saja ketika tangaku masih terus mengelus paha mulusnya. Tidak ada tanda-tanda penolakan walau wajahnya masih terlihat marah.
“Satu…” suster itu mulai menghitung namun aku makin kurang ajar, dan tanganku makin nakal menggerayangi pahanya
“dua…!” suaranya makin seriu.
“Ti…” sebelum dia selesai menghitunganya, maka aku udah lebih dulu mencium bibirnya.
“Mmm… Hmm… !” suster itu berontak dan mendorong-dorongku untuk berusaha lepas dari dekapanku namun tenaganya tentu kalah dari tenaga laki-laki, belum lagi aku sudah mengangkat roknya lebih tinggi. Maka Intan merasa hembusan angin malam menerpa paha mulusnya yang telah terangkat.
“Aahh… jangan pak… !” Intan berhasil melepaskan diri dari cumbuanku, tapi cuma sebentar, karena ruang geraknya terbatas maka bibir mungil itu kembali menjadi santapanku.
Lalu tanganku juga meremas-remas dadanya yang masih tertutup seragam suster dan jilbab lebarnya, Aku dapat merasakan kalau toked suster ini masih alami dan padat, bahwa ini pertanda belum pernah dijamah oleh lelaki lain.
Sementara tanganku satunya tetap mengelus paha indahnya yg menggiurkan. Intan terus meronta, tapi hanya sia-sia.. sebab pakaian bawahnya semakin terangkat dan jilbab lebar perawat itu nyaris copot.
Lama-lama perlawanan suster Intan melemah, sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifnya telah meruntuhkan pertahanannya. Mungkin birahinya bangkit, apalagi suasananya sangat mendukung dengan hujan yg masih mengguyur. Ditambah lagi aku sudah seminggu ngak NGENTOT.
Di tengah ketidak berdayaan nya melawan tenagaku, Intan semakin pasrah membiarkan tubuhnya dijarah. Tanganku menjelajah semakin dalam, aku belai pahanya hingga menyentuh selangkangannya yang masih tertutup celana dalam.
“Kita ke dalam aja biar lebih enak yuk” Ajakku.
“Bapak emang kurang ajar yah, kita bisa dapet masalah kalau gak lepasin aku !” Intan masih memperingatkan tingkah laku kurang ajarku.
“Udahlah Suster cantik, kita senang-senang aja malam ini OKE… ? !” ajakku lagi sambil narik lengan suster itu bangkit dari kursi.
Aku mengajaknya ke ruang periksa pasien tempat kami berjaga. Aku suruh dia duduk di atas ranjang lalu aku menjilati memeknya sambil jongkok.
“Hmmm… Sshhh…!” desah Intan keluar ketika lidahku menelusuri gundukan klistorisnya. Lidahku bergerak liar menjilati seluruh lubang memeknya tanpa ada yang terlewat. Setelah basah semua, aku kenyot lendir vagina itu.
Srruuut… !!! lidahku menyuruput lendir kewanitaan Suster Intan. dagingnya terasa kenyal sekali bikin aku tambah gemes aja” pikirku dalam hati
“Aahh… Aaahhh… !” tubuh Intan tersentak-sentak akibat rangsanganku. Maklum aku udah pengalaman merangsang wanita. Jadi aku tau seluk beluknya organ intim wanita yang pas.
Akibatnya Intan merasakan kedua putingnya semakin mengeras akibat rangsangan yang terus datang sejak tadi tanpa henti. Sambil menjilat klistoris, tanganku juga mengobok-obok tokednya, supaya daerah itu semakin hot ketika sedang terangsang full.
“Aku coba masukin sekarang yah, udah gak tahan nih kataku kepadanya
“Suster Intan hanya mengangguk.”
Maka aku langsung menempelkan penisku ke bibir vagina itu. Begitu penisku sudah berhasil masuk, terdengar pula desahan sensualnya yang menikmati penisku menekan semakin dalam.
“
Uuhh… sempit banget Sus, masih perawan gak sih ini sus ?” Tanyaku
Intan tidak menjawab, tetapi dia menjerit kesakitan dan mencengkram kuat ranjang yang kami tiduri itu.
“Weleh-weleh, enak banget sus, legit lagi rasanya” komentarku mengenai lubang vaginanya.
Sebagai jawabannya, Intan malah menarik wajahku lalu mencium bibirku yang berarti mengajak cipokan, agaknya dia ngak berniat menjawab pertanyaan itu.
Sambil cipokan, sambil aku goyangkan juga pinggulku mendorong ke arah lubang memeknya. Yang semakin lama semakin bertenaga menghantam lubang itu. Lumayan juga sih sudah hampir beberapa menit kami berhubungan intim.
Dia mahir juga mengatur frekuensinya agar ngak terlalu cepat kehabisan tenaga. dengan berkata
“Malam masih panjang Pak, jangan buru-buru, biar aku yg gerak sekarang !” kata gadis perawat itu tanpa malu-malu lagi.
Aku tersenyum mendengar permintaan suster itu. Maka akupun bertukar posisi, Aku tiduran telentang dan Intan di atas menaiki penisku. Bersamaan dengan penis yg terbenam dalam vaginanya. Mataku terpejam menikmati goyangan dari Intan
“Sssshhh… Ouuhh… Aaahh… Aahh !” aku mendengar suara Intan mendesah ketika mataku masih tertuput.
Begitu aku buka, Sungguh suster Intan ini memiliki tubuh yang sempurna, buah dadanya masih bulat dan tidak lonjong yang kebanyakan seperti buah dada wanita yang tidak mengurusnya. Perutnya rata dan bodynya langsing.
“Ayo Sus.. Goyang terus… Terus… Terus…! panduku di saat aku akan mencapai orgasme
Sebab aku tidak tahan lagi, maka aku semprotkan air mani itu ke dalam lubang memeknya. “Croot… Crooot… Crooot..”
“Aduuuh… Apa itu pak ?” ucap Intan
“Itu bapak barusan keluarin air maninya sayang” ucapku mesra
“Yaaahh… padahalkan air maninya pengen aku letakkan di muka, kata orang sih biar tambah awet pak, makanya aku tadi menyesal. Lagian bapak ngak kasih kabar sih” ucap Intan
“Waduh… kalau begitu udah terlanjur sayang, Ya udah kapan-kapan kalau kita main lagi, nanti bapak kasih ke wajah kamu ya” ucapku kembali tersenyum
Walau kewalahan seperti ini, tidak ada dari raut wajah Intan yang menyesal. Berarti dapat diartikan Suster cantik ini sangat menyukai permainan seks ku yang mantap….!!!
Setiap kali kami ada jadwal piket bersama, kami selalu berhubungan badan. Aku juga bermaksud menjadikan Suster Intan yang berjilbab ini sebagai istri kedua, oleh sebab itu aku sering tidak memakai kondom. Karena aku ingin dia sampai hamil, hingga terpaksa mau menikah denganku sebagai istri keduanya.
WHATSAPP : +6281390955061
Tidak ada komentar:
Posting Komentar