Kejadian ini tepatnya ketika saya masih duduk di bangku SMA, Sedang teman kencanku adalah seorang guru seni lukis di SMA-ku yang masih terbilang baru dan masih lajang. Saat itu umurku masih mengijak 17 tahun. Sedang guru lukisku itu adalah guru wanita paling muda, baru 27 tahun. Semula saya memanggilnya Bu Guru, layaknya seorang murid kepada gurunya. Tapi semenjak kami akrab dan dia mengajariku making love, lama-lama saya memanggilnya dengan sebutan Mbak. Tepatnya, Mbak Yuni.
Sore itu ada seorang anak kecil datang mencari ke rumah. Saya
diminta datang ke rumah Mbak Yuni, tetangga kampungku, untuk memperbaiki jaringan listrik rumahnya yang rusak.
“Cepat ya, Mas. Sudah ditunggu Mbak Yuni,” ujar anak SD
tetangga Mbak Yuni.
Dalam hati, saya sangat girang. Betapa tidak, guru seni lukis
itu rupanya makin lengket denganku. Saya sendiri tak tahu,
kenapa dia sering minta tolong untuk memperbaiki peralatan
rumah tangganya. Yang jelas, semenjak dia mengajaku melukis pergi ke lereng gunung dan making love di semak-semak hutan, Mbak Yuni makin sering mengajakku pergi. Dan sore ini dia memintaku datang ke rumahnya lagi.
Tanpa banyak pikir saya langsung berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Maklum, rumahnya terbilang cukup jauh, sekitar 6km dari rumahku. Setibanya di rumah Mbak Yuni, suasana sepi.
Keluarganya tampaknya sedang pergi.Betul, ketika saya mengetuk pintu, hanya Mbak Yuni yang tampak.
“Ayo, cepet masuk. Semua keluargaku sedang pergi menghadiri acara hajatan saudara di luar kota,” sambut Mbak Yuni sambil menggandeng tangganku.
Darahku mendesir ketika membuntuti langkah Mbak Yuni. Betapa tidak, pakaian yang dikenakan luar biasa sexy, hanya sejenis daster pendek hingga tonjolan payudara dan pahanya terasa menggoda.
“Anu, Ben… Listrik rumahku mati melulu. Mungkin ada
kabel yang konslet. Tolong betulin, ya… Kau tak keberatan
kan?” pinta Mbak Yuni kemudian.
Tanpa banyak basa-basi Mbak Yuni menggandengku masuk ke ruang tengah, kemudian masuk ke sebuah kamar.
“Nah saya curiga jaringan di kamar ini yang rusak. Buruan kau
teliti ya. Nanti keburu magrib.”
Saya hanya menuruti segala permintaannya. Setelah menurunin
jaringan kabel, akhirnya saya memutuskan untuk memanjat atap kamar melalui ranjang. Tapi saya tidak tahu persis, kamar itu tempat tidur siapa. Yang jelas, saya sangat yakin itu bukan
kamarnya bapak-ibunya. Celakanya, ketika saya menelusuri
kabel-kabel, saya belum menemukan kabel yang lecet. Semuanya beres. Kemudian saya pindah ke kamar sebelah. saya juga tak bisa menemukan kabel yang lecet. Kemudian pindah ke kamar lain lagi, sampai akhirnya saya harus meneliti kamar tidur Mbak Yuni sendiri, sebuah kamar yang dipenuhi dengan aneka lukisan sensual.
Celakanya lagi, ketika hari telah gelap, saya belum bisa menemukan kabel yang rusak. Akibatnya, rumah Mbak Yuni tetap gelap total. Dan saya hanya mengandalkan bantuan sebuah senter serta lilin kecil yang dinyalakan Mbak Yuni.Lebih celaka lagi, tiba-tiba hujan deras mengguyur seantero
kota. Tidak-bisa tidak, saya harus berhenti. Maunya saya ingin
melanjutkan pekerjaan itu besok pagi.
“Wah, maaf Mbak saya tak bisa menemukan kabel yang rusak. Ku pikir, kabel bagian puncak atap rumah yang kurang beres. Jadi besok saya harus bawa tangga khusus,” jelasku sambil melangkah keluar kamar.
“Yah, tak apa-apa. Tapi sorry yah. Saya…. merepotkanmu,”
balas Mbak Yuni.
“Itu es tehnya diminum dulu.”
Sementara menunggu hujan reda, kami berdua bercakap-cakap
berdua di ruang tengah. Cukup banyak cerita-cerita masalah
pribadi yang kami tukar, termasuk hubunganku dengan Mbak Yuni selama ini. Mbak Yuni juga tidak ketinggalan menanyakan soal puisi indah tulisannya yang dia kirimkan padaku lewat kado ulang tahunku beberapa bulan lalu.
Entah bagiamana awalnya, tahu-tahu nada percakapan kami
berubah mesra dan menjurus ke arah yang menggairahkan jiwa. Bahkan, Mbak Yuni tak segan-segan membelai wajahku, mengelus telingku dan sebagianya. Tak sadar, tubuh kami berdua jadi berhimpitan hingga menimbulkan rangsangan yang cukup berarti untukku. Apalagi setelah dadaku menempel erat pada payudaranya yang berukuran tidak begitu besar namun bentuknya indah dan kencang. Dan tak ayal lagi, penisku pun mulai berdiri mengencang. Saya tak sadar, bahwa saya sudah terangsang oleh guru sekolahku sendiri! Namun hawa nafsu birahi yang mulai melandaku sepertinya mengalahkan akal sehatku. Mbak Yuni sendiri juga tampaknya memiliki pikiran yang sama saja. Ia tidak henti-hentinya mengulumi bibirku dengan nafsunya.
Akhirnya, nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Sementara
bibirku dan Mbak Yuni masih tetap saling mengemut, tanganku
mulai menggerayangi tubuh guru sekolahku itu. Kujamah gundukan daging kembar yang menghiasi dengan indahnya dada Mbak Yuni yang masih berpakaian lengkap. Dengan segera kuremas-remas bagian tubuh yang sensitif tersebut.
“Aaah… Beni… aah…” Mbak Yuni mulai melenguh kenikmatan.
Bibirnya masih tetap melahap di bibirku.
Mengetahui Mbak Yuni tidak menghalangiku, saya semakin berani. Remasan-remasan tanganku pada payudaranya semakin menjadi-jadi. Sungguh suatu kenikmatan yang baru pertama kali kualami meremas-remas benda kembar indah nan kenyal milik guru sekolahku itu. Melalui kain blus yang dikenakan Mbak Yuni kuusap-usap ujung payudaranya yang begitu menggiurkan itu. Tubuh Mbak Yuni mulai bergerak menggelinjang.
“Uuuuhhh… Mbak…..” Saya mendesah saat merasakan ada jamahan yang mendarat di selangkanganku. Penisku pun bertambah menegang akibat sentuhan tangan Mbak Yuni ini, membuatku bagian selangkangan celana panjangku tampak begitu menonjol.
Mbak Yuni juga merasakannya, membuatnya semakin bernafsu
meremas-remas penisku itu dari balik celana panjangku. Nafsu
birahi yang menggelora nampaknya semakin menenggelamkan kami berdua, sehingga membuat kami melupakan hubungan kami sebagai guru-murid.
“Aaauuhh… Ben… uuuh…..” Mbak Yuni mendesis-desis dengan
desahannya karena remasan-remasan tanganku di payudaranya bukannya berhenti, malah semakin merajalela. Matanya terpejam merasa kenikmatan yang begitu menghebat.
Tanganku mulai membuka satu persatu kancing blus Mbak Yuni dari yang paling atas hingga kancing terakhir. Lalu Mbak Yuni sendiri yang menanggalkan blus yang dikenakannya itu. Saya terpana sesaat melihat tubuh guru sekolahku itu yang putih dan mulus dengan payudaranya yang membulat dan bertengger dengan begitu indahnya di dadanya yang masih tertutup beha katun berwarna krem kekuningan.
Tidak ingin membuang-buang waktu, bibirku berhenti menciumi
bibir Mbak Yuni dan mulai bergerak ke bawah. Kucium dan
kujilati leher jenjang Mbak Yuni, membuatnya
menggelinjal-gelinjal sambil merintih kecil. Sementara itu,
tanganku kuselipkan ke balik beha Mbak Yuni sehingga
menungkupi seluruh permukaan payudara sebelah kanannya. Puting susunya yang tinggi dan mulai mengeras begitu menggelitik telapak tanganku. Segera kuelus-elus puting susu yang indah itu dengan telapak tanganku. Kepala Mbak Yuni tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya. Tidak puas dengan itu, ibu jari dan telunjukku memilin-milin puting susu Mbak Yuni yang langsung saja menjadi sangat keras. Memang baru kali ini saya menggeluti tubuh indah seorang wanita. Namun memang insting kelelakianku membuatku seakan-akan sudah mahir melakukannya.
“Iiiihh….. auuuhhh….. aaahhh…..” Mbak Yuni tidak dapat
menahan desahan-desahan nafsunya. Segala gelitikan
jari-jemariku yang dirasakan oleh payudara dan puting susunya
dengan bertubi-tubi, membuat nafsu birahinya semakin
membulak-bulak.
Kupegang tali pengikat beha Mbak Yuni lalu kuturunkan ke
bawah. Kemudian beha itu kupelorotkan ke bawah sampai ke perut Mbak Yuni. Puting susu Mbak Yuni yang sudah begitu mengeras itu langsung mencelat dan mencuat dengan indahnya di depanku. Saya langsung saja melahap puting susu yang sangat menggiurkan itu. Kusedot-sedot puting susu Mbak Yuni. Kuingat masa kecilku dulu saat masih menyusui pada payudara ibuku. Bedanya, tentu saja payudara guru sekolahku ini belum dapat mengeluarkan air susu. Mbak Yuni menggeliat-geliat akibat rasa nikmat yang begitu melanda kalbunya. Lidahku dengan mahirnya tak ayal menggelitiki puting susunya sehingga pentil yang sensitif itu melenting ke kiri dan ke kanan terkena hajaran lidahku.
“Oooh…. Beeeeeeeen” desahan Mbak Yuni semakin lama bertambah keras. Untung saja rumahnya sedang sepi dan letaknya memang agak berjauhan dari rumah yang paling dekat, sehingga tidak mungkin ada orang yang mendengarnya.
Sementara itu tanganku mulai bergerak ke arah bawah. Kubuka retsleting celana jeans
yang Mbak Yuni kenakan. Kemudian dengan sedikit dibantunya
sambil tetap merem-melek, kutanggalkan celana jeans itu ke
bawah hingga ke mata kaki. Tubuh bagian bawah Mbak Yuni
sekarang hanya dilindungi oleh selembar celana dalam dengan
bahan dan warna yang seragam dengan behanya. Meskipun begitu, tetap dapat kulihat warna kehitaman samar-samar di bagian selangkangannya.
kulepas pula celana dalam yang masih menutupi tubuh Mbak Yuni. Dan akhirnya tubuh mulus guru sekolahku itu pun terhampar
bugil di depanku, siap untuk kunikmati.
Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir vagina Mbak Yuni
di selangkangannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu tipis
kehitaman walaupun belum begitu banyak. Kutelusuri sekujur
permukaan bibir vagina itu secara melingkar berulang-ulang
dengan lembutnya.
“Oooohhh….. Bennnyyyy….. Iiiihhh….. Beeen…..!”
Jari tengahku itu berhenti pada pentil memek berwarna
kemerahan yang terletak di bibir vagina Mbak Yuni yang mulai
dibasahi cairan-cairan bening. Mula-mula kuusap-usap pentil memek
kecil dengan perlahan-lahan.
Melihat Mbak Yuni yang tampak semakin merangsang, saya menambah kecepatan gelitikanku pada memeknya. Sementara vaginanya pun semakin dibanjiri oleh cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat yang masih sempit itu.
Puas menjelajahi memek Mbak Yuni, jari tengahku mulai
merangsek masuk perlahan-lahan ke dalam vagina guru sekolahku itu. Setahap demi setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama. Dengan susah payah memang, sebab vagina Mbak Yuni memang masih teramat sempit. Kemudian perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi. Pada saat setengah jariku sudah amblas ke dalam vagina Mbak Yuni, terasa ada hambatan. Seperti adanya selaput yang cukup lentur.
“Aiiihh… Ben…” Mbak Yuni merintih kecil seraya meringis
seperti menahan rasa sakit. Saat itu juga, saya langsung sadar,
bahwa yang menghambat jari tengahku ke dalam vagina Mbak Yuni adalah selaput daranya yang masih utuh. Ternyata guru sekolahku satu-satunya itu masih perawan. Baru saya tahu, ternyata sebandel-bandelnya Mbak Yuni, ternyata guru sekolahku itu masih sanggup memelihara kehormatannya. Saya sedikit salut padanya. Dan untuk menghargainya, saya memutuskan tidak akan
melanjutkan perbuatanku itu.
“Ben….. Kok distop…..” tanya Mbak Yuni dengan nafas
terengah-engah.
“Mbak, Mbak kan masih perawan. Nanti kalo saya terusin kan Mbak
bisa…..”
Mbak Yuni malah menjulurkan tangannya menggapai
selangkanganku. Begitu tangannya menyentuh ujung penisku yang masih ada di dalam celana pendek yang kupakai, penisku yang tadinya sudah mengecil, sontak langsung bergerak mengeras kembali. Ternyata sentuhan lembut tangannya itu berhasil membuatku terangsang kembali, membuatku tidak dapat membantah apapun lagi, bahkan saya seperti melupakan apa-apa yang kukatakan barusan.
Dengan secepat kilat, Mbak Yuni memegang kolor celana pendekku itu, lalu dengan sigap pula celanaku itu dilepasin sampai sebatas lutut. Yang tersisa hanya celana dalamku. Mata Mbak Yuni tampak berbinar-binar menyaksikan kontolku yang cukup besar di selangkanganku. Diremas-remasnya penisku dengan tangannya, membuat penisku itu semakin bertambah keras dan bertambah panjang. Kutaksir panjangnya sekarang sudah bertambah dua kali lipat semula. Bukan main! Semua ini akibat rangsangan yang kuterima dari guru sekolahku itu sedemikian hebatnya.
“Mbak….. saya buka dulu ya,” tanyaku sambil menanggalkan
celana dalamku.
Penisku yang sudah begitu tegangnya seperti meloncat keluar
begitu penutupnya terlepas.
“Aw!” Mbak Yuni menjerit kaget melihat penisku yang begitu
menjulang dan siap tempur. Namun kemudian ia meraih penisku itu dan perlahan-lahan ia menggosok-gosok batang ‘meriam’-ku itu, sehingga membuat otot-otot yang mengitarinya bertambah jelas kelihatan dan batang penisku itu pun menjadi laksana tonggak yang kokoh dan siap menghujam siapa saja yang menghalanginya. Kemudian Mbak Yuni menarik penisku dan membimbingnya menuju selangkangannya sendiri. Diarahkannya penisku itu tepat ke arah lubang vaginanya.
Kutempelkan ujung penisku ke bibir vagina Mbak Yuni, lalu kuputar-putar mengelilingi bibir gua tersebut. Mbak Yuni meikmati merasakan sensasi yang demikian hebatnya serta tidak ada duanya di dunia ini.
“Aaahhh….. uuuhhhh…..” Mbak Yuni mendesah-desah dengan
kerasnya sewaktu saya sengaja menyentuhkan penisku pada
memeknya yang kemerahan .
Aku perlahan-lahan mulai memasukkan batang penisku ke dalam lubang vagina Mbak Yuni. Sengaja saya tidak mau langsung menusukkannya. Sebab jika sampai kebablasan, bukan tidak mungkin dapat mengoyak selaput darahnya.
Mbak Yuni menjerit ketika kusodokkan penisku lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Segera saja kutarik penisku perlahan-lahan KuGesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku dengan dinding lorong vagina Mbak Yuni membuatku meringis-ringis menahan rasa nikmat yang yang tak terhingga. Baru kali ini saya merasakan sensasi seperti ini.
Begitu terus kulakukan berulang-ulang memasukkan dan
mengeluarkan setengah batang penisku ke dalam vagina Mbak
Yuni. Dan temponya pun semakin lama semakin kupercepat.
Gesekan-gesekan batang penisku dengan vagina Mbak Yuni semakin menggila. Rasanya tidak ada lagi di dunia ini yang dapat menandingi kenikmatan yang sedang kurasakan dalam permainan cintaku dengan guru sekolahku sendiri ini.
Kenikmatan yang pertama dengan kenikmatan berikutnya,
disambung dengan kenikmatan selanjutnya lagi, saling
susul-menyusul tanpa henti.
“Aaaauuuuwwww…..” Mbak Yuni menjerit cukup keras kesakitan.
Tetapi saya tidak menghiraukannya. Sebaliknya aku semakin
bernafsu untuk memompa penisku itu semakin dalam dan semakin cepat lagi penetrasi di dalam vagina Mbak Yuni. Tampaknya rasa sakit yang dialami guru sekolahku itu tidak membuat saya mengurungkan perbuatan setanku.
Rupa-rupanya setan telah menguasai jiwa kami berdua, sehingga kami terhanyut dalam perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh dua guru dan murid.
“Aaaah….. Beni….. aaahhh…..” Mbak Yuni menjerit panjang.
Tampaknya ia sudah seakan-akan terbang melayang sampai langit ketujuh. Matanya terpejam sementara tubuhnya bergetar dan menggelinjang keras. Keringat mulai membasahi tubuh kami berdua. Kutahu, guru sekolahku itu sudah hampir mencapai orgasme. Saya sendiri belum merasakan apa-apa. bak Yuni pun bertambah keras jeritan-jeritannya.
Akhirnya kurasakan sesuatu hampir meluap keluar dari dalam
penisku. Tetapi ini tidak membuatku menghentikan menggoyangkan penisku pada vagina Mbak Yuni. Dan akhirnya setelah rasanya saya tidak sanggup menahan orgasmeku, kutarik penisku dari dalam vagina Mbak Yuni secepat kilat. Kemudian dengan tempo yang tinggi, kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku. Tak lama kemudian, cairan-cairan kental berwarna putih bagaikan layaknya senapan mesin bermuncratan dari ujung penisku. Sebagian mengenai muka Mbak Yuni. Ada pula yang mengenai payudara dan bagian tubuhnya yang lain. Bahkan celaka! Ada pula yang belepotan di jok sofa yang diduduki Mbak Yuni. Ditambah dengan darah yang mengalir dari dalam vaginanya, menandakan keperawanan guru sekolahku itu berhasil direnggut olehku.
Dan akhirnya karena kehabisan tenaga, saya terhempas begitu saja ke atas sofa di samping Mbak Yuni. Tubuh kami berdua sudah bermandikan keringat dari ujung rambut ke ujung kaki. Saya hanya mengenakan kaus oblong saja, sedangkan Mbak Yuni telanjang Bulat tanpa selembar benangpun yang Menutupi tubuhnya.
- Info lebih lanjut silahkan hubungi
CONTACT PERSON :
whatsapp : +85590411093
ID Instagram : @doatogel_4d
twitter : @DoatogelOnline
JANGAN LUPA KUNJUNGIN LANGSUNG SITUS DOATOGEL : www.sayangkamu.club
SEGERA DAFTAR !! DIISI FORMULIRNYA , DIKLIK SAJA LINKNYA : https://rebrand.ly/tiara87
BLOGGER SEPAK BOLA : https://mynewbloggersepakbola87.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar